Papih maafkan aku
sore itu engkau datang membawa buah tangan,sekantong buah jeruk yang sangat banyak dan besar ,aku sangat senang sekali dan menerimanya.dengan asiknya aku memakan satu demi satu,hingga hanya tersisa beberapa butir saja.
usai sholat maghrib kami sekelurga makan malam seperti biasanya.dengan lauk lalaban dan sambal sekedarnya.kami menikmati makan malam itu sungguh dengan penuh syukur.karna masih bisa makan malam bersama,yang sudah lama tidak bisa kami nikmati,karena kesibukan Papih ku,yang kerja diperantauan.kadang bisa langsung pulang dan kadang tidak sama sekali,hanya dalam seminggu sekali atau bisa sampai satu bulan sekali,bila Papih sedang tidak bekerja.
malam semakin gelap.menuju sunyinya suasana dipedesaan,dilereng lembah gunung Ceremai aku tinggal,menjelang tidurku dimalam itu,aku merasakan perut ku tak nyaman,begitu melilit perih dan terasa mual.aku mencoba menahan dengan memejamkan mataku,berharap bisa langsung tidur dan terlelap.namun yang aku harapkan jauh berbeda.perutku semakin sakit,mual bahkan mulai terasa pusing,aku panggil panggil papih ku dan mamah ku dikamar mereka.
"Mah Pih,perut imsa sakit,kepalaku pusing,terasa mau muntah"
Papaih dan Mamah ku datang kekamarku. dengan wajah panik dan berusaha mencoba mengobatiku.mengoleskan minyak kayu putih diperutku ,bukannya mereda malahan muntah sejadi jadinya.hingga begitu lemasnya tubuh ini.perutku tak juga reda dengan sakitnya.tangisan ku pun tak tertahan lagi.menangis tak tahan dengan rasa sakit diperutku.
saat itu aku masih duduk disekolah SD kelas tiga.sakit diperutku tak juga reda hingga malam pun berlalu,dan menjelang pagi Papih ku dengan rasa cemas yang sangat mencoba menggendongku keluar rumah dengan tujuan membawaku kepuskesmas.dengan harapan diluar jalur desa sana ada kendaraan yang bisa mengantarkan kami, dengan tubuhku yang sudah tidak bertenangga lagi,kecapean karena menanggis dan isi perut yang keluar habis,dari mulutku dan juga terbuang encer dari belakang,aku benar benar merasa lemas tak bertenangga.
jam setengah empat papih ku keluar menggendongku,menelusuri jalan temurun dilereng lembah Ceger dan terus berjalan.dengan harapan adanya kendaraan yang lewat dan bersedia mengantarkan kami ketujuan.namun hingga terdengan suara adzan subuh.tak satu pun kendaraan yang kami harapkan tak juga kunjung nampak.hingga sampailah diperbatasan desa,dijalan jalur kecamatan sekilas aku melihat sebuah mobil bak terbuka berhenti dan dipenuhi penumpang Papih ku menghela nafas sambil menatapku. " sakit Pih perutnya".itu kata terahir yang keluar sebelum aku tak sadarkan diri.
diasaat aku terbangun dan badan ku merasa baikan, kedua tangan ku dipenuhi saluran infus. jarum jam pendek didinding menujukan angka sembilan, dan yang panjang menunjukan angka tiga.
menurut papih ku hampir tiga jam aku tidak sadarkan diri,dari selama dimobil bak itu.
cerita paman ku sedikit mengejutkan,menurutnya kalau saja saya diantarkan menunggu kendaraan,yang setidaknya seusai sholat subuh pagi itu,ada kemungkinan aku tidak terselamatkan.akibat muntaber katanya."cuma menggendongna itu cukup jauh"katanya paman ku sambil mengelus kepala ku.dan menatap kearah Papih ku.
Aku sekarang sudah berumah tangga,kisah diatas adalah salah yang teringat samapai sekarang dan mungkin tak akan terlupakan seumur hidupku.
ketika kecil aku mungkin sering ditinggalkan oleh kedua orang tua ku.dan aku tinggal bersama kake nenek ku,baik yang dari Papih ku atau pun yang dari Mamah ku.
Aku terbiasa hidup mandiri,dan merasa mampu tanpa bantuan orang lain mencoba sendiri terlebih dahulu.
usai sholat maghrib kami sekelurga makan malam seperti biasanya.dengan lauk lalaban dan sambal sekedarnya.kami menikmati makan malam itu sungguh dengan penuh syukur.karna masih bisa makan malam bersama,yang sudah lama tidak bisa kami nikmati,karena kesibukan Papih ku,yang kerja diperantauan.kadang bisa langsung pulang dan kadang tidak sama sekali,hanya dalam seminggu sekali atau bisa sampai satu bulan sekali,bila Papih sedang tidak bekerja.
malam semakin gelap.menuju sunyinya suasana dipedesaan,dilereng lembah gunung Ceremai aku tinggal,menjelang tidurku dimalam itu,aku merasakan perut ku tak nyaman,begitu melilit perih dan terasa mual.aku mencoba menahan dengan memejamkan mataku,berharap bisa langsung tidur dan terlelap.namun yang aku harapkan jauh berbeda.perutku semakin sakit,mual bahkan mulai terasa pusing,aku panggil panggil papih ku dan mamah ku dikamar mereka.
"Mah Pih,perut imsa sakit,kepalaku pusing,terasa mau muntah"
Papaih dan Mamah ku datang kekamarku. dengan wajah panik dan berusaha mencoba mengobatiku.mengoleskan minyak kayu putih diperutku ,bukannya mereda malahan muntah sejadi jadinya.hingga begitu lemasnya tubuh ini.perutku tak juga reda dengan sakitnya.tangisan ku pun tak tertahan lagi.menangis tak tahan dengan rasa sakit diperutku.
saat itu aku masih duduk disekolah SD kelas tiga.sakit diperutku tak juga reda hingga malam pun berlalu,dan menjelang pagi Papih ku dengan rasa cemas yang sangat mencoba menggendongku keluar rumah dengan tujuan membawaku kepuskesmas.dengan harapan diluar jalur desa sana ada kendaraan yang bisa mengantarkan kami, dengan tubuhku yang sudah tidak bertenangga lagi,kecapean karena menanggis dan isi perut yang keluar habis,dari mulutku dan juga terbuang encer dari belakang,aku benar benar merasa lemas tak bertenangga.
jam setengah empat papih ku keluar menggendongku,menelusuri jalan temurun dilereng lembah Ceger dan terus berjalan.dengan harapan adanya kendaraan yang lewat dan bersedia mengantarkan kami ketujuan.namun hingga terdengan suara adzan subuh.tak satu pun kendaraan yang kami harapkan tak juga kunjung nampak.hingga sampailah diperbatasan desa,dijalan jalur kecamatan sekilas aku melihat sebuah mobil bak terbuka berhenti dan dipenuhi penumpang Papih ku menghela nafas sambil menatapku. " sakit Pih perutnya".itu kata terahir yang keluar sebelum aku tak sadarkan diri.
diasaat aku terbangun dan badan ku merasa baikan, kedua tangan ku dipenuhi saluran infus. jarum jam pendek didinding menujukan angka sembilan, dan yang panjang menunjukan angka tiga.
menurut papih ku hampir tiga jam aku tidak sadarkan diri,dari selama dimobil bak itu.
cerita paman ku sedikit mengejutkan,menurutnya kalau saja saya diantarkan menunggu kendaraan,yang setidaknya seusai sholat subuh pagi itu,ada kemungkinan aku tidak terselamatkan.akibat muntaber katanya."cuma menggendongna itu cukup jauh"katanya paman ku sambil mengelus kepala ku.dan menatap kearah Papih ku.
Aku sekarang sudah berumah tangga,kisah diatas adalah salah yang teringat samapai sekarang dan mungkin tak akan terlupakan seumur hidupku.
ketika kecil aku mungkin sering ditinggalkan oleh kedua orang tua ku.dan aku tinggal bersama kake nenek ku,baik yang dari Papih ku atau pun yang dari Mamah ku.
Aku terbiasa hidup mandiri,dan merasa mampu tanpa bantuan orang lain mencoba sendiri terlebih dahulu.
Komentar
Posting Komentar