Air Mata Bulan Sabit Ku
Petang itu Imsa masih mengingatnya. Dimana pertemuan usai perkenalan sepulang sekolah itu berlanjut. Disudut teras mesjid terlihat seorang gadis tengah duduk menyendiri. Memandang rembulan diatas sana penuh tatapan sayu. Memendam rasa tanya dihati imsa untuk segera menghampiri dan mencoba mengusik keheningan gadis itu. Adakah yang bisa aku perbuat untuk membawakan sedikit saja dari beban mu. Itu yang ingin imsa sampaikan. Namun kelu lidah ini dihadapannya. Hanya sebuah bisikan, ‘hidup ini penuh misteri” ungkapnya memecah keheningan suasana. Mencoba mendekat dan duduk disisi lain darinya.Ia terbangun dari lamunan panjangnya. Dan menepis air mata yang mengalir dipipi. mencoba menutupi segudang pemasalahan yang ia hadapi. ‘Hai…”sapaan lirih itu memalingkan pandangannya kearah lelaki yang duduk mendekatinya. Tatapan itu sungguh kemilau kejora pagi diufuk timur. Berbinar memukau pantulan cahaya lampu yang terang. Senyumnya merekah menebarkan keteguhan batinya. Sanggup menanggung penderita